Catatan Pergerakan BEM KBM:
Memaknai Usia yang Ke-4:
Oleh: Aldi Cikal Yudawan*
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer, Roemah Kaca, 1988)
Tepat empat
tahun lalu, alur pergerakan mahasiswa di Universitas Pakuan memasuki babak
baru. Pada hari itu, Iib S. Jalil dan kawan-kawan yang mewakili enam fakultas
mendeklarasikan organisasi eksekutif tingkat universitas. Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Besar Mahasiswa (BEM KBM) dipilih menjadi namanya. BEM KBM
merepresentasikan jiwa semangat kebangkitan kala itu. BEM KBM merupakan doa dan
jalan pergerakan mahasiswa Unpak yang baru setelah pada kongres mahasiswa
sebelumnya tidak diperoleh titik temu.
Tantangan
Selalu Menghadang
Tidak mudah
memang membuat pergerakan sebuah kampus yang selalu dinamis. Dalam kampus pasti
tersuguh dinamika yang selalu tak terduga. Semisal menanam benih, yang tumbuh
bukan hanya padi, melainkan gulma dan tanaman lain yang mendukung atau
menentang kehidupan benih tersebut. Rasanya itu pula lah yang merasuk ke dalam
kehidupan kampus saat itu. Dengan penuh rasa yakin, perjuangan tetap berlanjut.
Sedikit meneroka
ke belakang, BEM KBM ternyata terlahir dari perjuangan yang tidak mudah. Kita
pernah berjaya saat periode Presidium Mahasiswa. Kala itu, Yuda Permana dan
kawan-kawan menginisiasi kelembagaan mahasiswa tingkat universitas. Dilanjutkan
oleh Asep M. Yusuf, hingga terakhir Fahri Fahruroji.
Kawan-kawan yang
masa itu trauma dengan hasil
kongres masih sulit untuk dirangkul kembali ke dalam barisan perjuangan.
Beruntung terdapat momentum Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) tahun
2010 yang kemudian dijadikan alat untuk merapatkan barisan.
Tak sampai
disitu, bergerak setelah pembentukan pun masih juga dengan tantangan karena
kepengurusan masih kosong. Hingga diadakanlah kesepakatan bahwa pengurus
merupakan para ketua lembaga kemahasiswaan BEM/BLM fakultas.
Terlepas dari
itu, legitimasi mulai menjadi pertanyaan yang menyelimuti. Pihak structural
yang dalam hal ini rektorat menyoal tentang itu. Lobi mulai dijalankan. Setelah
larut dalam waktu yang panjang akhirnya diakuilah Badan Eksekutif Mahasiswa
Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Pakuan (BEM KBM) sebagai organisasi
tingkat universitas yang mengusung Kabinet Revolusi sebagai arahan gerak. Dengan
demikian mahasiswa Unpak kembali pada tackrecordnya
sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Estafet
Kepemimpinan
Tak ada gading
yang tak retak. Tak selamanya manusia hidup. Setelah satu kepriodean akhirnya
BEM KBM Kabinet Revolusi habis masa bhakti. Melalui kongres yang alot akhirnya
terpilihlah Ilham Rajaking, Presiden Mahasiswa baru yang akan menjalankan roda organisasi BEM KBM
selanjutnya. Selain itu juga terbentuk organisasi legislatif bernama Badan
Legislatif Mahasiswa Keluarga Besar Mahasiswa (BLM KBM).
Estafet
kepemimpinan ini pun tak mudah. Tercatat harus melalui beberapa kali kongres
dan mekanisme pemilihan raya hingga akhirnya selesai. Masih ingat kita
saat-saat berjuang untuk mendewasakan kehidupan berdemokrasi kampus. Berbeda
pendapat, saling melakukan argumentasi hingga selesai persoalan bukanlah hal
yang mudah. Namun nyatanya kita mampu untuk itu.
Persoalan yang
timbul hampir sama,. Kali ini kawan-kawan dihantam isu nama. BEM KBM atau BEM
Unpak? Situasi kampus yang saat itu sedang tidak kondusif akibat kapitalis
(parkiran) masuk kampus akhirnya menyita banyak waktu hingga kepengurusan dan
jalannya organisasi terganggu. Meletuslah aksi penolakan parkiran dari
mahasiswa. BEM KBM terguncang dan sempat sempoyongan. Namun dengan semangat
mahasiswa kembali lagi barisan terapatkan.
Setelah itu,
Unpak kembali menunjukan geliat demokrasi dari sisi perjuangan mahasiswa. Tahun
2014 digagaslah kembali pemilihan raya. Tidak mudah memang, karena nyatanya
pemilu raya yang digagas memakan waktu yang lumayan lama. Dengan semangat
perjuangan mahasiswa akhirnya selesai dan menghasilkan pemimpin baru.
Mari
Lanjutkan Langkah
Perjuangan
adalah perwujudan kata-kata. Tepatlah kiranya kalimat dari WS Randra itu kita jadikan sebagai
motivasi gerakan kita hari ini. Unpak hari ini menyuguhkan kondisi yang serba
membutuhkan perhatian kita selaku mahasiswa dan seluruh sivitas akademika.
Banyaknya mahasiswa, fasilitas, dan jalannya kehidupan kampus merupakan
beberapa fokus utama yang jika tidak bersinergi mengurusinya akan sia-sia.
Unpak merupakan
kampus yang besar. Namanya bagai mercusuar. Prestasi mahasiswa atau bahkan
strukturalnya tidak bisa diremehkan. Kita juga tidak menutup mata jika sekarang
ini Unpak dipercaya oleh pemerintah kota bahkan pusat untuk menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya akademis maupun non akademis. Namun kita juga
jangan menutup mata bahwa jalannya kebijakan-kebijakan kampus harus diawasi
implementasinya. Kita harus bersatupadu bukan hanya sebagai event organizer. Kewenangan mahasiswa
yang secara historis maupun realitas kini dan selamanya sebagai agen perubahan,
pengontrol sosial, dan stok intelektual jangan sampai hilang. Mahasiswa Unpak
dulu, sekarang, dan selamanya merupakan satu kesatuan untuk alamater dan bangsa
Indonesia.
Melalui momentum
empat tahun syukuran BEM KBM ini kita mulai lagi merapatkan barisan. Kita mulai
dari diskusi dari syukuran sederhana sore ini. Empat tahun memang baru seusia jagung. Namun
semangat yang kuat tidak akan pernah mati. Dengan tekad baik yang kuat dalam
kerinduan pada tatanan kampus yang bermartabat, kita lanjutkan langkah untuk
mengawal kampus dan Negara Indonesia terus ke arah yang lebih baik. Semoga kita
tetap diberikan kekuatan dan kekonsistensian dalam hari-hari berjuang kita
dalam menjalani kehidupan kampus ini, amin.
Hidup mahasiswa!
Hidupkan Mahasiswa! Salam Progresif, Aspiratif, dan Kreatif Revolusioner.
*Presiden Mahasiswa UNPAK